Rabu, 21 Agustus 2013

BERPIKIR, BERMINAT, BERPENDAPAT, BERBEDA

*lagi ada mood nulis nih ya udah sih los aja

Setiap orang di dunia ini oleh kuasa Tuhan diciptakan berbeda-beda satu sama lain. Tidak ada satu manusia pun yang sama dengan manusia yang lain, semirip-miripnya mereka, pasti ada satu titik yang membedakan. Bahkan antara orang tua dan anak. Bahkan kembar identik.

Otak dan hati (konotatif) manusia pun demikian. Manusia yang satu akan memiliki pola pikir dan minat yang berbeda dengan manusia lain, kadang sama, tapi, tidak akan pernah benar-benar sama.

Karena itu, kita tidak dapat memaksakan apa yang kita pikirkan, apa yang kita sukai, apa yang kita pelajari, apa yang kita benci, untuk berlaku sama dengan orang lain. Selama nyawa dan keselamatan siapapun tidak terancam.

Dalam hal ini, saya sebagai kaum muda, untuk tulisan ini akan memberi contoh dengan berpikir sebagai kaum muda.

Contoh, banyak saat ini kaum muda, di mana pun, baik secara langsung di muka umum, atau melalui tulisan, atau melalui jejaring sosial, bahkan melalui obrolan santai, berseru tentang kepedulian mereka terhadap nasib bangsa. Itu tentu saja hal yang sangat baik; karena pertama, demokrasi di negeri kita terbukti tidak mati; kedua, menunjukkan masih banyak kaum muda yang peduli terhadap nasib negeri ini. Bagaimana tindakan mereka atas kepedulian itu? Lain cerita.

Akan tetapi, banyak juga kaum muda yang 'kelihatannya' tidak memikirkan nasib bangsa ini karena 'tidak terlihat' dari pembicaraan atau pun gerak-gerik mereka sehari-hari. Lalu apakah kita berhak menyebut mereka sebagai kaum muda yang tidak peduli akan bangsa ini? Big NO. Kita bahkan tidak memiliki hak untuk menghakimi apapun, siapapun; sebelum benar-benar tahu (ekstrimnya) apa yang telah dilalui oleh orang-orang yang akan kita hakimi.

Peduli terhadap nasib bangsa memang sangat baik, bahkan merupakan kewajiban setiap anak bangsa. Tetapi jika belum siap untuk itu, juga tidak bisa disalahkan.
Selain itu, banyak cara yang bisa dilakukan untuk menunjukkan kepedulian selain mengutarakannya dengan kata-kata. Dan kita juga tidak berhak untuk memaksakan cara kita agar orang lain melakukan cara yang sama.

Berlaku pula untuk minat. Kita tidak bisa memaksakan minat kita, apa yang kita sukai, kepada orang lain yang tidak memiliki minat sama. Memaksa orang lain menyukai apa yang kita sukai, atau membenci apa yang kita benci, untuk membaca buku yang kita baca, untuk tidak membaca buku yang tidak kita baca, apalagi menganggap orang lain lebih bodoh dari kita karena tidak membaca buku yang kita baca. Uh, please.

Akhirnya berlaku untuk berpendapat. Cara dan media untuk berpendapat sudah sangat beragam di era ini. Apalagi dengan adanya jejaring sosial. Siapa saja bebas menuliskan apa saja tanpa memikirkan nyawa mereka yang akan terancam. Justru pihak yang menekan kebebasan itulah yang akan diancam. Berpendapat tentang apapun (seharusnya) tidak dilarang, caranya yang tidak boleh sembarangan.

Kebebasan berpendapat sama luasnya dengan kebebasan mengkritik. Jadi jika pendapat kita dikritik ya harus berani menerima, jangan tersinggung. Berani berpendapat, berani menghargai pendapat. Berani mengkritik, berani dikritik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar