Minggu, 10 November 2013

Mahasiswa: Masa Dua Sisi

Saya pribadi menganggap 'mahasiswa' itu adalah sebuah masa, bukanlah sebuah profesi, seperti yang tercantum pada kartu tanda penduduk kita.

Masa mahasiswa itu adalah masa dengan dua sisi: yaitu masa yang paling nanggung dan absurd dalam tahapan kehidupan seseorang, tapi sekaligus paling asyik. Mengapa?

Karena di masa inilah kita sudah dianggap sebagai seorang dewasa, sudah ada pada masa di mana kita memulai bertanggungjawab terhadap diri sendiri, mengatur kehidupan kita sendiri (pasti kerasa banget buat teman-teman yang kuliah merantau), dan menolong diri kita sendiri di kala kesulitan. Di masa inilah jati diri dan pola pikir kita mulai terbentuk serta dianggap sudah bisa dijajarkan dengan orang-orang dewasa lainnya. Di masa inilah, kita mulai dianggap 'matang' sebagai manusia.

Namun di sisi lain, pada masa ini pulalah, kita masih memiliki sisa-sisa masa muda kita. Masa inilah, di mana masih dianggap wajar bagi kita untuk nongkrong, hang out, dan gila-gilaan bareng teman-teman kita. Di masa inilah, masih dianggap wajar bagi kita untuk berpesta, tanpa peduli harus melewatkan malam hingga menemui fajar. Di masa inilah, waktu untuk penasaran. Masa inilah, masa untuk mencoba hal apapun yang menciptakan tanda tanya dalam otak kita. Masa dengan waktu yang lebih dari cukup untuk mencari tahu sebanyak mungkin tentang apapun yang ingin kita tahu: tentang diri sendiri, tentang orang lain di sekitar kita, tentang negeri dan pemimpin kita, bahkan tentang masa lalu juga masa depan. Sebanyak mungkin, tentang apapun. 

Di masa inilah, kita bebas mengkritik pemimpin dan penguasa, juga siapapun, tanpa takut - bahkan kadang dianggap pengecut jika hanya diam saja. Di masa ini pulalah kita mulai terbiasa dengan apa yang disebut politik dan mulai memahami hal-hal seperti kebohongan-kebohongan yang dibungkus oleh wibawa, citra, dan janji-janji manis. Di masa inilah, sebanyak-banyaknya sahabat bahkan saudara baru kita dapatkan, keluarga-keluarga baru di luar rumah pun terbentuk, tak ketinggalan pemahaman baru untuk sebuah hal yang esensial dalam kehidupan tiap manusia: cinta. 

Sebuah masa, di mana takut, ragu-ragu, dan khawatir bukan menjadi pilihan.
Masa di mana seharusnya tidak ada kata tanya 'why?' untuk setiap keputusan, melainkan hanyalah 'why not?'

Karena itulah, di masa ini, kehidupan kita gak jauh-jauh dari hal-hal annoying dan absurd dan kompleks seperti tugas numpuk, dosen rese, bokek (terutama di akhir bulan), galau cowok/cewek, konflik organisasi, dan lain-lain. 

Namun, konon katanya, berbagai momen tak terduga, petualangan dan pengalaman baru, tawa dan canda lepas, bahkan siapa diri kita sendiri, paling banyak ditemui di masa ini ketimbang di masa-masa lain dalam kehidupan kita.

Maka itu teman, menurut saya pribadi yang sedang menjalani masa ini, masa yang kurang lebih hanya akan berlangsung selama 4 tahun ini bukanlah masa di mana kita harus buru-buru untuk mengakhiri kehidupan kampus dan segera mengenakan baju seragam dan jadwal kantor yang sama-sama ketatnya, demi kemapanan semata. Kurang lebih 4 tahun ini, mari kita nikmati dan kita gunakan untuk berkenalan dengan diri sendiri dan kehidupan yang sebenarnya -yang katanya keras. 

Namun masa ini jangan pula disalahartikan sebagai waktu untuk berleha-leha semata. Karena selama kita melewati masa ini ada teman baru yang menunggu kita, ia bernama: tanggung jawab. Tanggung jawab untuk menjadi manusia yang matang seutuhnya. Tanggung jawab sebagai manusia yang memiliki peran, dan berkewajiban memberikan sumbangsih bagi masyarakat dan negerinya, bahkan dunia, sesuai peran yang dimilikinya itu.


Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi "manusia-manusia yang biasa". Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia. 
- Soe Hok Gie